Sepeda motor melaju kencang diantara jalanan yang lenggang. Terkadang berpapasan dengan anjing, kuda, atau babi di pinggir jalan. Bahkan di jalan, tanpa peduli dengan kendaraan yang melaju kencang. Rende ialah desa yang masih mengawasi rutinitas istiadat, memeluk agama leluhur yang didapati dengan Merapu.
Walau masyarakat desa Rende sudah memeluk Agama. Namun mereka masih tetap menjalankan rutinitas Merapu atau kepercayaan. Sesampainya di desa rutinitas Rende, kami dipersilahkan isi buku tamu dan lihat proses menenun dengan tradisional. “Tenun dari Rende menggunakan pewarna alami,” demikian kata pengrajin tenun Rende bernama Rambu Intan.
Artikel Terkait : http://tokoiklan.web.id/wisata/air-terjun-hirumanu/
Perumpamaannya warna merah, diambil dari akar mengkudu dan warna biru diambil dari tanaman indigo.Seperti dalam kuburan batu di desa rutinitas Raja Prailiu, pada bagian atas simpan ada simbol-simbol kebangsawan Rende seperti buaya, ular naga, kura-kura dan kuda pacu. Kuburan batu raja pertama rende menggunakan simbol kerbau dibagian atas kuburannya.
Seperti tidaklah suka dengan suguhan desa Rutinitas Rende, kami berjalan ke arah kiri dari kuburan batu dari sana ada rumah lantai dua dengan kondisi yang mulai rapuh. Rumah ini adalah rumah raja terakhir kerajan Rende. Demikian profetik, berdinding kulit kerbau dan didepannya ada sundul kerbau yang besar sekali, kami bahkan tidak dapat pikirkan berapakah besar kerbaunya.